Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang dikenal sangat ramah bahkan keramahan tersebut sudah terdengar hingga ke manca negara. Tetapi berbeda halnya dengan kemarin, yakni masyarkat Indonesia cenderung tidak menunjukkan keramahannya ketika ada beberapa warga yang menolak pemakaman jenazah Covid-19 di daerahnya.
Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat yang beragama kuat, dalam Islam sendiri kita sudah diajarkan beberapa doa seperti doa untuk orang meninggal, doa untuk orang sakit dan sebagainya. Namun apa boleh buat, jika ketakutan sudah melanda, maka segala keputusan tak akan bisa diterima. Berikut ini beberapa alasan warga menolak daerahnya dijadikan pemakaman Jenazah Covid-19.
Dirasa terlalu dekat dengan pemukiman dan perkebunan warga
Alasan yang pertama ini mungkin masih bisa dimaklumi, dimana masyarakat Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan sempat memasang spanduk yang cukup besar di area dekat pemakaman salah seorang pasien postif Covid-19.
Spanduk tersebut memiliki narasi yang cukup keras dalam hal penolakan yakni, Kami masyarakat Kec, Jati Agung menolak dengan adanya wilayah Kota Baru Kec Jati Agung dijadikan pemakaman jenazah Corona.’
Warga berpendapat bahwa, lokasi tersebut dirasa terlalu dekat dengan pemukiman dan perkebunan, maka dari itu tempat tersebut tidak layak dijadikan area pemakaman jenazah Covi-19.
Hal tersebut tentu mendapat respon dari pihak berwajib seperti Camat Jati Agung Jhoni Irzal, ia mengatakan bahwa masyarakat perlu untuk diedukasi oleh pihak tenaga kesehatan.
“Tim kesehatan perlu menjelaskan kepada masyarakat terkait SOP pemelusaraan jenazah Covid-19 ini,” ujarnya.
Menolak Karena Jumlah Penduduk Dinilai Besar
Berbeda halnya dengan aksi yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Samata, Kecamatan Sombaopu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang memblokade jalan dengan menggunakan balok kayu serta batu pada Kamis (2/3/2020).
Bukan tanpa alasan, blockade yang dilakukan oleh warga daerah tersebut karena mereka mnolak wilayahnya dijadikan sebagai area pemakaman jenazah yang terkena Covid-19. Bukan main, bahkan penolakan tersebut sempar berakhir dengan kericuhan.
Warga berpendapat bahwa, daerahnya memiliki jumlah penduduk yang besar, sedangkan pemerintah menilai bahwa tempat tersebut jauh dari pemukiman warga. Aksi saling bantah tersebut lah yang membuat kericuhan terjadi,
“Kami sampaikan kepada pemerintag bahwa anda keliru, sebab Kecamatan Sombaopu adalah wilayah dengan populasi warga terbesar di Kabupaten Gowa,” ujar Imran, salah seorang warga.
Selain itu Imran juga mengatakan bahwa warga menolak dengan keras untuk wilayahnya jika dijadikan sebagai lahan peakaman pasien Covid-19.
“Kami dengan keras menolak wilayah kami dijadikan lahan pemakaman pasien Corona,” ujarnya.
Warga merasa pemerintah tidak ada upaya konsolidasi
Aksi penolakan kali ini juga berbeda, dimana warga Desa Tumiyang, Kecamatan Pekuncen dan Desa Karangtengah, Kecamatan Colongok, Banyumas melakukan pemblokiran jalan serta membunyikan kentongan di jalanan.
Aksi tersebut bukan tidak memiliki alasan, melainkan warga kecewa dengan keputusan pemerintah yang terkesan tiba-tiba tanpa melakukan upaya konsolidasi terhadap warga. Hal tersebut membuat warga merasa tidak dianggap karena tidak diberikan informasi sedikitpun.
Hal tersebut membuat Kepala Desa Karangtengah yakni Karyoto mengungkapkan bahwa, warga merasa tak diberi tahu sama sekali terkait keputusan pemerintah untuk menjadikan daerahnya sebagai area pemakaman Jenazah Covid-19.
“Yang pertama kami dibohongi petugas, dari Selasa siang banyak pelat merah berseliweran dan kami sama sekali tidak ada informasi dan pemberitahuan pemdes,” ujar Karyoto.
Selain itu ia juga menjelaskan bahwa tata cara sholat jenazah Covid-19 di daerahnya, bahkan dilakukan secara diam-diam.
Nah, itulah beberapa informasi yang dapat kami sampaikan seputar beberapa alasan warga menolak daerahnya dijadikan area pemakaman jenazah Covid-19.